Elemen Keamanan

Pemberitaan

Berita penyergapan dalang teroris Nurdin M. Top di Temanggung serta komplotannya Amir Abdilah dan Eko Peyang di Bekasi, menghiasi banyak media cetak dan online pada hari Sabtu, 8 Agustus 2009. Secara positif, berita ini dapat diartikan tugas polisi, diwakili tim densus (Detasemen Khusus) 88, gegana dan lainnya, dalam memberantas teroris berjalan baik dan strategis. Mulai dari membuat organisasi, fasilitas perlengkapan, koordinasi antar wilayah, liputan pers, evakuasi warga dari TKP dan tindakan tegas di lapangan merupakan tampilan yang dapat membuat masyarakat merasa aman. Walaupun demikian, banyak sisi yang masih dipandang kurang pada komentar-komentar berita dan blogger. Antara lain, dalam tindakannya, polisi mengabaikan suara permintaan tolong (tanda tidak ada perlawanan, menyerah ?) dari tersangka pada aksi penyergapan, dan kebebasan penyiaran berita pada aksi yang sangat diliput wartawan itu dapat memicu efek strategis bagi komplotan teroris antara lain timbulnya kehati-hatian pada operasi mereka dan kemudahan rekrut akibat dendam. Perekrutan yang menghasilkan keberanian bertindak bunuh diri  ini tidak dapat disepelekan dan perlu diwaspadai lebih lanjut. Tentu saja efek negatif ini masih bersifat prasangka karena andaian tersebut belum berbukti. Kelemahan lain dari prasangka akan permintaan tolong sebagai tanda tidak ada perlawanan atau bukti menyerah untuk kasus ini dapat membahayakan  tim eksekutor.

Skenario

Saya jadi teringat dan sangat terkesima ketika melihat di Metro TV, seorang dari kelompok JI (Jamaah Islamiyah) memerinci kemungkinan skenario pada operasi pengeboman di Hotel Ritz Carlton dan JW Marriot. Dia menduga skenario kejadian a.l. :  Sedikitnya ada 3 orang yang harusnya melakukan bom bunuh diri dengan urutan waktu sbb. Pertama bom diledakan di lantai 18 oleh seorang pelaku atau secara otomatis dengan deteksi panas matahari, sehingga tamu panik dan turun ke bawah baik di JWM maupun di RC, kemudian setelah itu 2 pelaku berikutnya meledakan Bom lain di lobi / resepsionis hotel JWM di RC bersamaan.

Penyergapan Nurdin M. Top

 Akibatnya korban pembunuhan dengan bom ini akan lebih banyak. Wah.. untunglah itu tidak terjadi yang dimungkinkan akibat kekeliruan teknis – bom di lantai 18 – tidak meledak secara otomatis atau pelaku pertama tidak meledakkannya akibat keterlambatan atau ketakutan. Skenario lain yang dikemukakan, saya tidak ingat. Hal terkait dugaan skenario ini sungguh tidak pernah terpikir oleh penulis yang berlatarbelakang teknologi dan dalam keseharian kerja lebih banyak berpikir pada ruang lingkup tujuan memperoleh efektivitas keuntungan dan efisiensi  ekonomi.

Strategi

Hal lain yang tidak dapat diabaikan dari perihal strategi pengelolaan Negara. Patut diingat teori Maslow akan jenjang tingkat kebutuhan seorang warga. Mereka secara rata-rata akan sulit meningkatkan kebutuhan ke level pemikiran dan penciptaan perkembangan kesejahteraan ekonomi selama masih terganjal pada persoalan kesehatan dan keamanan secara signifikan. Dapat dilihat kebutuhan rakyat pada tulisan Teknologi kesejahteraan. Perhatian dan ketegasan yang cukup pada ke dua persoalan mendasar ini namun tetap berpegang pada tujuan kesejahteraan akan bersifat sangat strategis bila ditempatkan pada porsi yang tepat di level pimpinan tinggi negara kita.

Organisasi dan Fasilitas

Selain pengorganisasian dan kecukupan fasilitas teknologi pada struktur kelembagaan, dialog psikologis terkait kewaspadaan  masyarakat dan pengukurannya  terhadap kesehatan, keamanan masyarakat dan ketahanan negara perlu dimunculkan. Bentuk dari elemen kesehatan, keamanan dan ketahanan negara dapat meliputi  kesehatan lingkungan (udara dan air) dan masyarakat dari penyakit (flu babi), bencana (banjir, gempa), teror (Bom), gesekan kepentingan antar organisasi  atau lembaga yang dapat memicu perpecahan.

Bagi pembaca note atau catatan di facebook penulis, anda dapat melihat updatenya di blog penulis.

Tinggalkan komentar